Selasa, 10 Januari 2017

cerpen

Tukang jahit
Tukang jahit itu selalu muncul setiap kali menjelang lebaran.  Seolah muncul begitu saja ke kota ini. Kata orang , ia tak hanya bisa menjahit pakaian. Ia juga bisa menjahit kebahagiaan. Tukang jahit itu punya jarum dan benang ajaib yang bisa menjahit hatimu yang sakit. Jarum dan benang, yang konon , diberikan oleh nabi khidir dalam mimpi nya.
Ibu pernah bercerita , betapa dulu, setiap menjelang lebaran, kota ini selalu didatangi banyak sekali tukang jahit. Kemunculan mereka selalu menjadi pemandangan yang menakjupkan, nak. Ketika cahaya matahari pagi yang masih lembut kekuningan menyepuh perbukitan dan halimun perlahan lahan menyikap, kau bisa menyaksikan serombongan tukangjahit yang masing masing. Memikul dua kotak kayu berbaris muncul dari balik lekuk bukit. Kanak kanak akan berlarian senang menyambut kedatangan mereka.  “ tukang jahit datang ! asyiik ! lebaran jadi datang ! “ seakan akan bila para tukang jahit itu tak muncul , maka lebaran tidak jadi datang ke kota ini.
Di hari hari menjelang liburan itulah , nak , kota akan penuh tukang jahit yang berkeliling menawarkang menjahitkan pakaian. Mereka menggelar dasaran di trotoar, dipojokan jalan, di keteduhan pepohonan, di emper pertokoan . mereka mengeluarkan mesin jahit lipat dari dalam kotak yang dibawa nya. Menata bundelan bundelan benang , jarum dondom dan jarum pentul,gunting, silet , dan mangkuk mangkuk berisi kancing warna – warni , meletakkan di atas kayu yang digunakan sebagai meja. Para penduduk antre menjahitkan pakaian dan hiruk dalam keramaian menyambut lebaran. Anak anak bercelotek riang tentang baju baru yang akan mereka kenakan.
Selalu menyenangkan memperhatikan tukang jahit itu bekerja , nak. Seperti menyaksikan tukang sulap, yang mampu mengubah kain warna warni menjadi baju baju indah dalam sekejap. Mereka duduk bersila menggerakkan engkol mesin jahit dengan tangan kanan nya , sementara tangan kiri nya lincah dan cepat mengarahkan pola potongan kain yang dijahit. Kau akan mendengarkan gema mesin jahin yang akan terus bergemeretak hingga larut malam. Serasa ada gema burung pelatuk dimana mana. Karena para tukang jahit itu mesti menyelesaikan jahitan sebelum hari lebaran. Dan pada malam takbiran , para tukang jahit bergegas keluar kota. Seperti kemunculan nya yang entah dari mana , para tukang jahit itu pun menghilang entah kemana. Begitulah , nak , selalu dari tahun ke tahun , para tukang jahit itu muncul ketika menjelang lebaran dan menghilang di malam takbiran.

Tetapi, semakin lama semakit menyusut tukang jahit yang muncul di kota ini. Entalah nak , mungkin banyak dari tukang jahit itu yang mati. Mungkin juga mereka memilih berhenti jadi tukang jahit. Atau mereka tak mau lagi datang, karena makin lama makin banyak warga yang malas menjahitkan pakaian pada tukang jahit tukang jahit itu. Sejak banyak toko fashion , factory outlet , butik dan pusat perbelanjaan di kota ini, orang orang lebih suka membeli pakaian jadi. Tak ada lagi suara keriuhan tukang jahit di kota ini setian menjelang lebaran zaman , barang kali mengubah selera , nak . maka , para tukang jahit yang masih munculpun lebih banyak menghabiskan waktu mereka dengan melinting dan menghisap tembakau.  Mereka hanya duduk duduk tanpa mengerjakan jahitan , memandangi orang yang lalu lalang keluar masuk pusat perbelanjaan menentang tas tas yang berisi pakaian . mungkin tukang jahit itu merasa kalau kota ini tak lagi membutuhkan mereka lagi, lalu mereka memilih mendatangi kota kota lain yang masih mau menerima kedatangan nya . entahlah , nak yang sudah lama , menjelang lebaran , tak ada lagi pemandangan yang menakjubkan arak arakan serombongan tukang jahit yang muncul di kota ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar