Latihan Lompat dan Prinsip-Prinsip
Latihan
a. Pengertian
Latihan Lompat
Latihan adalah proses yang sistematis
daripada berlatih atau bekerja secara berulang-ulang dengan kian hari
kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya (Harsono, 1982
: 27). Lompat adalah istilah yang digunakan dalam cabang olahraga atletik,
yaitu melakukan tolakan dengan satu kaki, Aip Syarifuddin (1992 : 90).
Pengertian latihan lompat dari pendapat tersebut dapat disimpulkan
yaitu melakukan gerakan melompat dengan tumpuan satu kaki yang dilakukan secara
berulang-ulang dan setiap hari jumlah beban latihan ditambah.
Latihan lompat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah latihan lompat dengan
melompati rintangan dan lompat meraih sasaran di atas.
Latihan lompat adalah metode yang terbaik untuk meningkatkan power
maksimal pada otot tertentu. Cara yang paling baik untuk mengembangkan power
maksimal pada kelompok otot tertentu, ialah dengan merenggangkan (memanjangkan)
dahulu otot-otot tersebut secara eksplosif atau meledak-ledak. Untuk
melatih power otot tungkai dimulai dengan gerakan tungkai kearah yang
berlawanan (jongkok) yang disebut sebagai fase pre-regang (pre-stretching
phase), kemudian melompat dengan kuat keatas. Setelah mendarat, tanpa adanya
masa berhenti, kemudian secepatnya melompat lagi sekuat tenaga keatas, sehingga
seakan-akan mendarat pada bara api (KONI, 2000: 27)
b. Prinsip-Prinsip
Latihan
1) Prinsip
Latihan Beban Bertambah ( Overload )
Untuk meningkatkan prestasi atlit prinsip overload
harus digunakan. Apabila atlet sudah merasa ringan pada beban yang diberikan
maka beban harus ditambah. Menurut M. Sajoto (1988 : 42) dengan
berprinsip pada overload, maka kelompok-kelompok otot akan bergabung
kekuatannya secara efektif dan akan merangsang penyesuaian
fisiologis dalam tubuh yang mendorong meningkatkan kekuatan otot.
Prinsip overload ini akan menjamin agar system di dalam tubuh yang menjalankan
latihan, mendapat tekanan beban yang besarnya makin meningkat, serta diberikan
secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Apabila tidak diberikan
secara bertahap, maka komponen kekuatan tidak akan dapat mencapai tahap potensi
sesuai fungsi kekuatan secara maksimal.
2) Prinsip
Peningkatan Beban Terus Menerus
Otot yang menerima beban latihan lebih atau overload
kekuatannya akan bertambah dan apabila kekuatan bertambah, maka program latihan
berikutnya bila tidak ada penambahan beban, tidak lagi dapat menambah kekuatan.
Penambahan beban dalam jumlah repetisi tertentu, otot belum merasakan lelah.
Prinsip penambahan beban demikian dinamakan prinsip penambahan beban secara
progresif. (M. Sajoto, 1988 : 115).
3) Prinsip
Urutan Pengaturan Suatu Latihan
Latihan berbeban hendaknya diatur sedemikian rupa
sehingga kelompok otot besar mendapat giliran latihan lebih dulu sebelum
latihan otot kecil. Hal ini perlu agar kelompok otot kecil tidak mengalami
kelelahan terlebih dahuu, sebelum kelompok otot mendapat giliran latihan
pengaturan latihan hendaknya diprogramkan sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi dua bagian otot dalam tubuh yang sama mendapat dua giliran latihan
secara berurutan (M. Sajoto, 1988 : 115)
4) Prinsip
Kekhususan Program Latihan
Menurut O’shea dalam bukunya M.
Sajoto (1988 : 42) menyatakan bahwa semua program latihan harus berdasarkan
“SAID” yaitu Specific Adaptation to Imposed Demands. Prinsip tersebut
menyatakan bahwa latihan hendaknya bersifat khusus, sesuai dengan sasaran yang
akan dicapai. Bila akan meningkatkan kekuatan, maka program latihan harus
memenuhi syarat untuk tujuan meningkatkan
kekuatan.
Program latihan dengan beban dalam
beberapa hal hendaknya bersifat khusus. Namun perlu memperhatikan pula gerak
yang dihasilkan, oleh karena itu latihan berbeban hendaknya dikaitkan dengan
latihan peningkatan ketrampilan motorik khusus. Dengan kata lain
latihan beban menuju peningkatan kekuatan, hendaknya diprogram yang menuju
nomor-nomor cabang olahraga yang bersangkutan. Seperti diketahui bahwa untuk
mendapatkan hasil lompatan yang jauh dalam lompat jauh perlu adanya bentuk
latihan untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai, latihan tersebut dapat
dilakukan baik dengan menggunakan alat atau tanpa alat. Menggunakan alat dalam
hal ini adalah latihan lompat dengan rintangan dan latihan lompat meraih
sasaran di atas.
Selain keempat prinsip yang cukup mendasar untuk program latihan
menurut Tohar (2004 : 54) program latihan dapat diatur dan dikontrol dengan
cara memvariasikan beban latihan seperti volume,
intensitas, recovery dan frekuensi dalam suatu unit
program latihan harian. Volume menurut Depdikbud (1997 : 31) ialah
kuantitas beban latihan yang biasa dinyatakan dengan satuan jarak, jumlah
beberapa elemen jenis latihan, total waktu latihan, berat beban yang diangkat,
jumlah set dalam latihan interval dan sirkuit sebagai ukuran
rangsangan motorik dalam satu unit latihan. Intensitas menurut Tohar (2004 :
55) adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkat pengeluaran energi, alat
dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan. Intensitas
latihan plaiometrik dapat ditingkatkan dengan penambahan beban pada hal-hal
tertentu dengan peningkatan ketinggian rintangan-rintangan (bilah) untuk depth
jump atau dengan memperlebar jarak dalam longitudinal jump. Recovery
dikatakan oleh Tohar (2004 : 55) adalah
waktu yang digunakan untuk pemulihan tenaga kembali
antara satu elemen materi latihan dengan elemen berikutnya. Menurut O’Shea yang
dikutip oleh M. Sajoto (1988 : 48) mengatakan bila latihan lebih dari satu
rangkaian, maka masa istirahat dalam rangkaian adalah antara 1-2 menit. Menurut
Bompa yang dikutip oleh M. Sajoto (1988 : 33) mengatakan bahwa tes untuk
mengevaluasi hasil latihan kekuatan dapat dilaksanakan setelah antara 4-6
minggu dari suatu masa siklus latihan makro. Frekuensi menurut Tohar (2004 :
55) adalah ulangan gerak beberapa kali atlet harus melakukan gerakan setiap
giliran. Frekuensi tinggi berarti ulangan gerak banyak sekali dalam satu
giliran. Frekuensi dapat juga diartikan berapa kali latihan per hari atau
berapa hari latihan per minggu.
Dalam penelitian ini frekuensi latihan
yang dipakai adalah tiga kali per minggu selama enam minggu. Sehingga tidak
terjadi kelelahan yang kronis dengan lama latihan enam minggu tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar