. Lembaga-lembaga pendidikan Islam
setelah Pesantren
Eksistensi
pesantren senyatanya mendorong lahirnya lembaga-lembaga pendidikan Islam
lainnya, antara lain:
a. Madrasah
Madrasah
merupakan lembaga pendidikan Islam yang lebih modern dibanding pesantren, baik
ditinjau dari sisi metodologi maupun kurikulum pengajarannya. Kendati demikian,
kemunculan madrasah ini tidak lain diawali oleh keberadaan pesantren. Sebagian
lulusan pesantren melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ke beberapa pusat
kajian Islam di beberapa negara Timur Tengah, khususnya Arab Saudi dan Mesir.
Lulusan-lulusan Islam Timur Tengah itulah yang kemudian akhirnya menjadi
pemrakarsa pendirian madrasah-madrasah di Indonesia.
Dalam
madrasah, sistem pembelajaran tidak lagi menggunakan sorogan ataupun bandongan, melainkan lebih
modern lagi. Madrasah telah mengaplikasikan sistem kelas dalam proses
pembelajarannya. Elemen yang ada dalam madrasah juga bukan lagi Kyai dan
santri, tetapi murid dan guru (ustad/ustadzah). Dan metode yang digunakan juga
beragam, bisa ceramah, atau drill dan lain-lain, tergantung pada ustad/ustadzah
atau guru.
b.
Sekolah-sekolah Islam
Di samping
madrasah, lembaga pendidikan Islam yang berkembang hingga sekarang adalah
sekolah-sekolah Islam. Pada dasarnya, kata sekolah merupakan terjemah dari madrasah,
hanya saja madrasah adalah kosa kata bahasa Arab, sedangkan sekolah adalah
bahasa Indonesia. Namun demikian, pada aplikasinya terdapat perbedaan antara
madrasah dan sekolah Islam. Madrasah berada dalam naungan Kementrian Agama
(Kemenag), sedangkan sekolah Islam pada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud). Selain itu,dari segi bobot muatan materi keagamaannya, madrasah
lebih banyak materi agama dibanding sekolah Islam.
c. Pendidikan
Tinggi Islam
Pendidikan
Tinggi Islam juga merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang modern.
Dalam sejarah, pendidikan tinggi Islam yang tertua adalah Sekolah Tinggi Islam
(STI), yang menjadi cikal bakal pendidikan tinggi Islam selanjutnya. STI
didirikan pada 8 Juli 1945 di Jakarta, kemudian dipindahkan ke Yogyakarta, dan
pada tahun 1948 resmi berganti nama menjadi Universitas Islam Indonesia (UII).
Selanjutnya, UII merupakan bibit utama dari perguruan-perguruan tinggi swasta
yang kemudian berkembang menjadi beberapa Universitas Islam yang populer di Indonesia,
seperti misalnya Universitas Ibn Kholdun di Bogor, Universitas Muhammadiyah di
Surakarta, Universitas Islam Sultan Agung di Semarang, Universitas Islam Malang
(UNISMA) di Malang, Universitas Islam Sunan Giri (UNSURI) di Surabaya,
Universitas Darul ‘Ulum (UNDAR) di Jombang dan lain-lain.
Menurut Tolhah
Hasan, perkembangan dan kemajuan perguruan tinggi Islam di Indonesia banyak
ditentukan oleh beberapa faktor di antaranya: kredibilitas kepemimpinan,
kreativitas manajerial kelembagaan, pengembangan program akademik yang jelas
dan kualitas dosen yang memiliki tradisi akademik.
C. Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia
Tak dapat
dipungkiri, bahwa seiring berjalannya waktu, lembaga-lembaga pendidikan Islam
juga mengalami berbagai dinamika. Tak hanya pada pesantren, bahkan madrasah dan
perguruan tinggi Islam pun tak luput dari dinamika yang ada.
Pesantren yang
dulunya masih tradisional senyatanya mengalami beberapa perubahan dan
perkembangan, seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pesantren yang dulunya tradisional, dalam pola pembelajaran dan
muatan materi serta kurikulumnya, kini telah mengalami perkembangan dengan
mengadaptasi beberapa teori-teori pendidikan yang dirasa bisa diterapkan di
lingkungan pesantren. Alhasil, kini semakin banyak bermunculan pesantren
modern, yang dalam pola pembelajarannya tidak lagi konvensional, tapi lebih
modern dengan berbagai sentuhan manajemen pendidikan yang dinamis. Mayoritas
pesantren dewasa ini juga memberikan materi dan muatan pendidikan umum. Tidak
sedikit pesantren yang sekaligus memiliki lembaga sekolah dan manajemennya
mengacu pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sedangkan
dinamika sistem pendidikan madrasah dapat dicatat dari beberapa perubahan,
seperti dimasukkannya mata pelajaran umum dalam kurikulumnya, meningkatkan
kualitas guru dengan memperhatikan syarat kelayakan mengajar, membenahi
manajemen pendidikannya melalui akreditasi yang diselenggarakan pemerintah,
mengikuti ujian negara menurut jenjangnya.
Tak pelak,
bahwa dinamika pendidikan Islam, di samping kemadrasahan, juga muncul
persekolahan yang lebih banyak mengadopsi model sekolah barat. Dan,
kemunculannya itu antara lain dipicu oleh kebutuhan masyarakat muslim yang
berminat mendapatkan pendidikan yang memudahkan memasuki lapangan kerja dalam
lembaga pemerintahan maupun lembaga swasta yang mensyaratkan memiliki
keterampilan tertentu, seperti teknik, perawat kesehatan, administrasi dan
perbankan.
Pada perguruan
tinggi Islam pun sejatinya juga mengalami berbagai perubahan dan perkembangan.
Dinamika dalam pendidikan tinggi Islam ini salah satunya dapat diraba dari
perubahan status dari Sekolah Tinggi, menjadi Institut, hingga kini menjadi
Universitas. Dengan demikian, materi dan bahan ajar yang ditawarkan di
perguruan tinggi Islam yang kini mayoritas menjadi Universitas, tidak hanya
disiplin ilmu agama Islam saja, melainkan juga berbagai disiplin ilmu umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar